Revised
Prolog
Barisan pekerja-pekerja pemerintahan
baru mulai jadi kacau ketika mereka memasuki gedung yang paling jarang dilihat
di Tri-City. Mereka mencolok dengan seragam hitam putih mereka yang belum
memudar. Gedung Pertama adalah gedung di Sub City Pusat dimana pemerintahan
secara keseluruhan dijalankan. Di luarnya gedung itu terlihat hanya seperti
gedung tinggi dengan tiang-tiang besi untuk menopangnya berdiri, beberapa kaca
yang dulunya menutupi hampir seluruh bagian gedung sekarang ditutup menjadi
tembok. Gedung itu berdiri di tengah-tengah reruntuhan bangunan-bangunan yang
berdiri sebelum Tri-City, mereka dihancurkan untuk diambil batu bata dan
besi-besinya yang masih dapat digunakan. Sisanya hanya dibiarkan dan di atasnya
dibanguni panel-panel surya untuk pembangun tenaga listrik.
Salah satu pekerja baru hampir
menganga melihat begitu banyak komputer di atas deretan-deretan meja berjajar
dan melingkar, beberapa lagi lebih besar daripada yang lain. Sebuah bendera
hitam berlambangkan Tri-City putih menggantung di tembok. Lambang itu merupakan
tiga ekor burung melebarkan sayap dan menghadap ke pusat lambang itu. Seekor
burung layang-layang, burung gagak hitam, dan burung merpati putih. Tiga burung
itu dikelilingi oleh sayap melingkar yang terlihat berduri di bagian luarnya.
Di antara dua ujung sayap besar terdapat angka tiga yang dilingkari cincin
sempurna api.
Beberapa pekerja lain yang tengah
bebas dari membuat laporan dan tugas-tugas lain mereka menyalami
pekerja-pekerja baru, memberi selamat pada ‘junior’ mereka atas diterimanya di
pekerjaan paling dihormati di seluruh kota.
Tiba-tiba salam-salaman itu
berhenti, lebih tepatnya pekerja-pekerja ‘senior’-lah yang berhenti karena
menduga sesuatu yang tidak begitu bagus hendak terjadi ketika mendengar tiga
pasang langkah kaki di langkan beberapa lantai di atas mereka.
Langkan itu dibuat dari besi-besi
bekas dari reruntuhan kota lama, membuat setiap langkah kaki terdengar lebih
mengancam di setiap denting dari seharusnya. Pekerjapekerja senior berhambur ke
meja mereka masing-masing.
“Tidak perlu takut pada kami, semua
penduduk dipandang sama dan sejajar, bukankah begitu?” Seorang pria tua
berkulit lebih pucat dari mayoritas seluruh orang di dalam gedung itu, matanya
berwarna biru terang, dan beberapa kantong mata menghias di bawahnya berkata
dengan penuh wibawa.
Seorang wanita yang cukup muda tak
berseragam mengikuti di belakangnya, rambutnya yang lurus disisir ke belakang,
matanya yang sipit penuh semangat. Dan di sebelahnya berjalan seorang pria yang
terlihat lebih muda dari keduanya, rambutnya sedikit memerah karena terlalu
banyak terekspos sinar matahari, matanya mulanya menatap tajam sekarang mulai
santai, tinggi badannya tidak bisa bersaing dengan pria tua tadi, beberapa
wanita dalam barisan pekerja-pekerja baru tidak melepas mata mereka darinya.
Maklum, mereka rata-rata baru berusia delapan belas, dan Haris bukan sama
sekali orang yang berpenampilan buruk meski memiliki luka yang cukup jelas di
dekat matanya yang ia dapatkan di pembuktian. Mungkin jika dia hidup empat
puluh atau lima puluh tahun yang lalu, ia akan menjadi semacam selebriti
televisi. Sayangnya dunia hedonisme dulu hancur infrasturkturnya karena krisis
energi dan inflasi.
“Selamat datang di gedung pertama,
folks” Sapa pria tua tadi. Para pekerja baru yang mulanya hampir lari terbirit
sekarang menghela napas lega. Pria itu adalah walikota Sub City Barat sejak
usia tiga pluh dua, sekarang usianya enam puluh empat tahun.
“Okay... Nama-nama ini ikut aku”
Walikota Sub City Pusat, wanita berambut lurus tadi memegang sebuah daftar
kecil di tangannya, sedikit kusut.
“Januari AK, Sofia HM, Lia JJ,
dan... Raka IZ” Nama-nama itu mungkin terlihat aneh bagi orang-orang selain di
Tri-City, karena nama belakang setiap orang ditentukan oleh ururtan ke-berapa
generasi sebelumnya keluarga mereka masuk ke Tri-City.
Keempat pemilik nama-nama itu diam
sedikit terkejut, butuh beberapa detik untuk mereka sadar apa yang harus
dilakukan dan mulai berlari-lari kecil mengikuti wanita itu.
“Alan KN, Joseph DT, Efendi SA,
Farah IE, Kara GF, Kara NK” Walikota Sub City Selatan, Haris maju bersebelahan
dengan Walikota Sub City Barat, gestur otoritas. Walikota Barat menyembunyikan
tatapan ketidaksukaannya pada Haris.
Seketika tanpa jeda, pemilik-pemilik
nama itu maju dan mengikutinya. Meski usianya hanya dua puluh satu, ketegasan
dan sedikit sentuhan ego terdengar cukup jelas di nada bicaranya.
“Aku Haris DX, aku memilih kalian
untuk pekerjaan yang cukup penting jadi dengarkan sebanyak-banyaknya apa yang
kujelaskan dalam dua jam ke depan. Ada pertanyaan?” Ujarnya cepat sambil
berjalan pula.
“Apa pekerjaan itu?” Sebuah suara
bertanya dari belakang tubuh jangkung salah seorang co-workernya.
“Kalian akan menjadi bagian dari
komite penilai di Pembuktian Penduduk tahun ini, lanjut ke berjalan” Haris
kembali memimpin grup kecil itu lebih dalam ke dalam gedung. Mereka dipilihnya
karena satu alasan khusus.
No comments:
Post a Comment